The Fallen Angel of Valhalla - Act Two | Reality Rift
"Jadi ini opening dari sisi Malaikat ya pak? Hmm, menurut saya sih udah bagus mungkin visual effectnya dibuat lebih megah lagi, kayak pas tuh belatinya jatuh dari langit"
"ooh jadi gitu ya, oke nanti saya akan suruh tim saya untuk perbaiki lagi. lagian juga masih banyak bug yang terjadi di dalamnya"
"Ngomong ngomong pak, itu pembuatan karakternya in-game atau di websitenya ya?"
"Kalau pembuatan karakternya sih nanti akan dibuat dalam game, soalnya kalo dibuat ketika di web akan membebani arus data server kami"
"waaah, jadi gak sabar nih pak nyobain gamenya.." Senyumku yang sangat mengharapkan game dan alat itu ada di rumahku
"Untuk Reality Riftnya, akan kami kirimkan serentak ke seluruh dunia mulai hari ini. dan kebetulan sekali , anda bisa mencoba ketika anda pulang dari sini, alias akan kami antarkan sebentar lagi."
"Oh ya?! Yaudah Pak, saya harus pulang sekarang kalau sudah begini nih"
"Wah anda sepertinya sangat antusias sekali ya untuk memainkan game ini. Mari saya antar anda ke pintu keluar"
Aku dan Mr. Anderson yang merupakan salah satu tim developer game ini, keluar dari ruangan uji coba.. aaah, sepertinya aku harus menghubungi Anastasya sekarang..
"Sya? Apa kau sibuk malam ini?" -Send to Anastasya
"Apa itu orang yang spesial untuk anda? Oh maaf, saya mengintip pesan anda.." Kata Mr. Anderson yang penasaran
"Aah tidak juga, hanya teman kampus biasa.." aku mulai tersenyum sendiri ketika mengingat Anastasya
"Oh iya, nomor telepon anda tolong, karena sebagai Beta Tester saya harus selalu memberi tahu anda ketika ada update pada game ini"
"oke sebentar pak.."
"Tidak usah memanggil saya Pak, lagian saya juga belum menikah.. Cukup Ray saja, dan kamu gak usah terlalu formal"
"Wahh sep deh kalo gitu.. Ini kartu namaku, ada email dan nomor telepon di belakangnya. Hmmm, gimana kalo kita kapan kapan membuat party di Zniff?"
"Zniff? Maksudmu Ultimate Universe?"
"Yaaa itu maksudku, hehe. Aku hanya mengingat nama dunianya aja, karena Zniff lebih keren daripada Ultimate Universe.."
"Boleh boleh, nanti akan kuhubungi.. Nah ini dia pintunya, hati hati dijalan Alfian. Tunggu saja RR-nya dirumahmu.."
"Siip Ray.. Btw, terima kasih"
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Halo Sya.. Kamu sibuk gak nanti?"
"Oh halo Ian, kayaknya sih ga sibuk.. Hmm, ada apa?"
"Ehh.. Enggak, bisa datang kerumahku sebentar, mungkin 30 menit lagi, bisa?"
"Oke deh, jemput aku ya tapi.."
"Boleh boleh, tapi jalan kaki saja ya, lagian apartemenmu gak jauh"
"Yang menyuruhmu naik taksi juga siapa Ian, iya jalan kok.."
"Oke sampai jumpa nanti Sya"
"Okey"
Yesss, untung aja dia mau, jadi ada orang yang akan kuajak bermain malam ini..
..
...
Tapi, apa stok makananku masih ada ya? cek dulu ah..
Ketika kulangkahkan kakiku ke dapur, aku merasa ada yang aneh, aah mungkin perasaanku saja. Kubuka lemari makanan yang ada, "Makarel"? Hmm, sepertinya tidak untuk malam ini, "Ramen"? aah bosan makan mie terus.. Pesan pizza langganan aja deh.. Kulihat ponselku "19.23" masih ada waktu untuk mengatur Reality Rift, dan untung saja Ray baik sekali, 2 teknisi di siapin untuk pasang nih RR..
"Rumah segede ini, daripada gak ada isinya mending isi sama ginian" gumamku, sampai aku lupa sama kedua teknisi tadi
"RR-nya mau dipasang dimana pak?" ucap salah satu teknisi itu
"Di pojok sana saja pak, dan terima kasih sebelumnya.."
Tanpa babibubebo, mereka berdua dengan sigap langsung memasang RR.. Kalau diperhatikan lagi, RR tuh sebenernya ruangan yang berisi dua buah alat yang berbentuk alat treadmill tapi bedanya bisa gerak ke segala arah, dan tentu saja ada VR yang terintegrasi sama RR.. Sebelum kita main kita diharuskan, diwajibkan, fardhu 'ain :v pake semacam rompi yang fungsinya memberi efek sakit ketika kita terkena serangan dan tentu saja ada sensor gerakan tangan, kaki, dan kepala..
"Eeeh Pak!" kata teknisi tersebut
"Oh iya, bagaimana pak? Sudah selesai? wuiih cepet juga ya" buyar deh lamunanku tentang RR
"Iya pak sudah selesai, bila ada yang bermasalah, bapak bisa menghubungi saya. ini kartu nama saya. Saya pamit dulu" sambil menyodorkan kartu namanya
"Terima kasih pak.." Ucapku sambil kedua teknisi itu pergi..
Oke jemput Anastasya nih..
Jaket done, ponsel, kunci rumah, aaand.. wait, mana ya earphoneku? aaargh, masuk rumah lagii...
"Earphone mana siiih?!" kucari di kamarku gak ada, di meja belajarku juga gak ada, eeh, apa mungkin di ruangan RR ya? kulangkahkan kaki yang malas ini ke pojok rumah yang dulu sangat jarang kukunjungi.. "Naaaah itu diiaa.." masih ditempat aku duduk tadi, kenapa ga ngikut sih boy..
Ketika aku mau membuka pintu, ada bayangan yang berdiri di depan pintuku.. Jangan jangan!
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
aku sangat berhati hati ketika memutar kuncinya.. Lalu dengan cepat kubuka...
"BUUUM"
"Iaaaaaaaaaaan"
"Eh...('.')"
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Komentar
Posting Komentar